Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Refleksi Penghujung Tahun, "Reparasi Pola Pikir"

Gambar
Manusia dan lupa adalah kesatuan. Seiring waktu, ingatan kita terhadap sesuatu akan memudar dengan sendirinya. Kita lupa kalau manusia bekerja untuk hidup, bukan hidup untuk bekerja. Kita lupa kalau mengajar itu untuk memenuhi kebutuhan jiwa, bukan untuk memenuhi kebutuhan perut. Kita lupa kalau hakikatnya kita menciptakan uang demi kebahagiaan bukan menciptakan uang hingga membunuh kebahagiaan. Kita lupa banyak hal. Jujur, aku berbicara ini bukan sebagai orang yang sudah benar perihal mengingat sesuatu. Justru sebaliknya, aku sering lupa banyak hal. Aku lupa, pada suatu ketika, diriku pernah berteriak lantang, berpeluh demi memperjuangkan apa yang kuanggap benar. Aku lupa, pada suatu ketika, diriku pernah memaki mereka yang terlalu sibuk mengisi perut dengan keserakahan, hingga tak mau lagi berpanas-panasan untuk membantu dan membela sesamanya. Aku lupa, pada suatu ketika, semestaku pernah kecil, hangat, dan bertemankan mereka yang hidup dengan kegelisahan diri tentang

ANJING!!!

Sejujurnya aku benci, terjebak pada situasi disibukkan diri, hingga menjadi abai pada siapapun.  Aku terjebak menjadi individu paling individualis. Egoisme memekakkan kepala. Sejujurnya aku benci, berdiri di atas idealisme yang saling tumpang tindih.  Sangat prinsip menasihati khalayak, lalai menasihati diri. Egoisme memekakkan kepala. Sejujurnya aku benci, bergerak hidup sebelum matahari datang, pulang tak menengok raut senyum orang tua yang mendoakan pagi dan petang. Egoisme memekakkan kepala. Egoisme memekakkan kepala.  Aku begitu untuk apa? Aku begitu untuk siapa? Aku begitu untuk kenapa?

Pintar Itu Yang Bagaimana?

Gambar
  via dream.co.id Berbicara tentang kepintaran, saya ingat jelas pengalaman saya bersekolah dulu, mulai dari sekolah dasar sampai sekolah menengah atas, kemampuan peserta didik selalu dinilai melalui kepintarannya. Bahkan, kepintaran juga diidentikan melalui peringkat. Siswa terpintar nan kebanggaan guru selalu menyandang peringkat wahid, sementara siswa terabaikan biasanya menyandang peringkat buncit. Segala sesuatu memang dapat dinilai dari dua sisi. Sisi positif maupun sisi negatif. Sisi positif dampak dari sistem peringkat adalah bagi siswa yang terpacu oleh peringkat, tentu jelas akan meningkatkan motivasinya. Sebaliknya, bagi mereka yang tidak terpacu peringkat, akan menganggap dirinya sebagai siswa bodoh, dan sekolah adalah tempat penghakiman terbaik untuk memupuskan harapan siswa yang berharap sekolah adalah ikhtiar untuk meraih cita-citanya. Dampak lainnya proses pembelajaran menjadi berorientasi pada peringkat, siswa saling termotivasi untuk mengalahkan siswa lainny

Nestapa dalam Ketidakdewasaan

Gambar
Dewasa bukanlah tentang usia, bukan tentang seberapa banyak rambutmu beruban, bukan juga tentang status pernikahan, dan juga bukan sudah seberapa banyak terlatih kandas dalam menjalin hubungan pacaran. Dewasa adalah sebuah proses panjang dengan banyak persyaratan dan pergulatan batin. Apalagi Memasuki awal masa dewasa, kita seringkali terjebak pada masa lalu.  Pada waktu tertentu, ada saatnya juga kita pernah terjebak dalam emosi masa lalu. Entah perasaan belum siap menjadi dewasa atau justru kembali menjadi kekanak-kanakan. Pikiran kita terbawa pada penyesalan masa lampau tapi terdorong pada ekspektasi masa depan. Dampaknya, kita tidak benar-benar menikmati sebuah proses hidup menjadi dewasa. Ini yang disebut Quarter Life Crisis. Menjadi dewasa tentu tidak sebebas dulu, ketika kita bisa berjalan tanpa memikirkan konsekuensi. Menjadi dewasa artinya siap bahwa segalanya harus benar dan segalanya harus tepat waktu. Hal itu menyadarkan diri ini, bahwa semakin tua diri kita

Teruntuk: Ayah (Tempat Hatiku Berpulang)

Gambar
 via: potopoyo.wordpress.com Baru saja, seorang kawan curhat di media sosial perihal kepergian mendiang ayahnya ke haribaan untuk selama-lamanya. Begini cuitannya: “Dari kecil sampe besar baru sekali foto berdua, satu satunya pun jadi kenangan, yang hanya bisa dipandang dan tidak bisa digenggam” Memang jika dilihat sepintas, tak ada yang istimewa dari pekerjaan seorang ayahnya. Beliau sebatas sosok sederhana yang sehari-hari memiliki pekerjaan mulia sebagai marbot sebuah masjid. Tak ada yang bisa dibanggakan dari pekerjaan seorang marbot masjid. Lagi-lagi jika dilihat sepintas, pekerjaanya memastikan masjid bersih ketika akan digunakan sholat tampak amat sederhana. Hanya menjalankan rutinitas menyapu bagian luar masjid lalu mengepel. Kemudian membersihkan bagian karpet masjid seminggu sekali, ketika hendak digunakan untuk ibadah besar Jum’atan , juga sholat Id dan pengajian maulidan ala-ala masjid di area perumahan lainnya. Sesekali beliau mengecek dan memastikan k

Catatan Seorang Relawan #2

Gambar
Pengalaman pertama di selatan Jakarta amat menamparku. Menampar untuk menjalani fungsi sosial sebagai manusia, memberi manfaat bagi manusia lainnya.  Pukul 06.30 kami satu persatu tiba di titik kumpul, halte transjakarta Tosari.   Di Hari itu kami mendapat kesempatan untuk membantu teman-teman disabilitas dari Jakarta Barier Free Tourism (JBFT). Menurut pengamatan saya, JBFT itu kumpulan dari beberapa kekhususan disabilitas, seperti tunanetra, tunarungu, hambatan fisik, dan juga pengguna kursi roda.  Mereka berkumpul untuk satu tujuan, menginginkan fasilitas umum di Jakarta yang ramah bagi hak-hak disabilitas. Selama ini mereka merasa jalanan Jakarta amat buas bagi mereka. Ketika mereka beraktivitas seperti ke kantor, ke mall, mereka selalu dihantui rasa takut. Tidak ada jalanan untuk kursi roda, kala itu. Tunanetra kesulitan untuk berpindah dari satu tempat ke satu tempat secara mandiri. Tunarungu sering kali kehilangan arah ketika sedang berpergian dan tidak tahu sed

Catatan Seorang Relawan #1

Gambar
  Hingga waktu berkata 'pantas', maka perpisahan tak lagi berbuah tangisan. Meski perpisahan tak pernah terasa mudah. Momen hari ini, hari-hari menjelang perpisahan menjadi salah satu momok menakutkan yang selalu berulang bagi saya. Sebetulnya jika bisa memilih, rasanya tak usahlah ada hari perpisahan, dan tak usahlah ada rasa sedih di hari-hari perpisahan. Tapi Allah sudah menciptakan itu, maka nikmatilah. Dulu, momen enam tahun bersama sahabat kecil waktu di sekolah dasar, lalu berpisah selepas pengumuman ujian nasional, menciptakan rasa benci tapi juga rindu. Begitu juga momen perpisahan dengan sahabat 'nakal' ketika di SMP dan SMA. Bagaimana sama-sama berproses menjadi remaja tanggung yang ingin mencoba banyak hal sampai melanggar norma apapun yang ada di muka bumi, hingga seringkali juga merasakan kebersamaan dan kebahagiaan ketika berseberangan dengan orang tua terkait bagaimana harus bersikap. Lalu diujung waktu harus dipisahkan dalam sebuah momen "

Rumit lalu Pamit

Januari, 2019 Hidup membentukku menjadi rumit. Namun, ada hati-hati baik yang dikirimkan Tuhan untuk membuat satu langkah lebih baik setiap harinya dengan cara yang sederhana. Di keremangan terbersit tanya, apakah aku melakukannnya karena benar-benar peduli atau mengikuti ego sebatas menghendaki diri menjadi bagian dari kepedulian sosial? Sebab perihal bahagia, tak perlu menjadi orang lain, jujur saja pada nuranimu. Sampai akhirnya, kita memilih untuk memperjuangkan apa yang kita rasa. Bukan memenuhi ambisi siapapun, bukan juga harus memaksakan semuanya bahagia dengan terpaksa. Karena bahagia letaknya di pintu rumah, ketika menjenguk rindu keluarga, ketika mengusap peluh ayah dan ibu di usia senjanya. Serta mendoakan pagi dan petang, memohonkan ampun atas segala khilaf. Coretan awal tahun, penanda akhir sesuatu. Denny Abdurrachman.

'manusia'

January 2019. Seiring berjalannya waktu, hidup mengajari untuk tak perlu menjadi aktivis, cukup menjadi 'manusia' saja. Boleh jadi, dengan menjadi 'manusia', lebih punya nilai keikhlasan, nilai kemanusiaan.  Boleh jadi juga lebih diridhoi Allah.  Sebab menasbihkan diri menjadi 'sesuatu' boleh jadi sebagai jalan pembuka datangnya keangkuhan. Mengikis ego diri karena merasa 'paling' itu sulit. Apalagi seperti saya ini, sejak dini sudah diajari untuk merasa paling ganteng. Betul bu Nunung Nurjanah ? Hehehehe