Rumit lalu Pamit

Januari, 2019

Hidup membentukku menjadi rumit.

Namun, ada hati-hati baik yang dikirimkan Tuhan untuk membuat satu langkah lebih baik setiap harinya dengan cara yang sederhana.

Di keremangan terbersit tanya, apakah aku melakukannnya karena benar-benar peduli atau mengikuti ego sebatas menghendaki diri menjadi bagian dari kepedulian sosial?

Sebab perihal bahagia, tak perlu menjadi orang lain, jujur saja pada nuranimu.

Sampai akhirnya, kita memilih untuk memperjuangkan apa yang kita rasa.

Bukan memenuhi ambisi siapapun, bukan juga harus memaksakan semuanya bahagia dengan terpaksa.

Karena bahagia letaknya di pintu rumah, ketika menjenguk rindu keluarga, ketika mengusap peluh ayah dan ibu di usia senjanya.

Serta mendoakan pagi dan petang, memohonkan ampun atas segala khilaf.

Coretan awal tahun, penanda akhir sesuatu.

Denny Abdurrachman.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Karena Untuk Berubah, Kita Butuh Melangkah

Touching Old Blog

Quarter Life Crisis