Sabtu Resah yang Basah

Lima orang dewasa berkumpul di rooftop sebuah kedai kopi di bilangan Lenteng Agung. Di bawah terik matahari selepas Ashar rasanya menjadi pilihan yang kurang tepat untuk mengobrol intim dengan nuansa rooftop sedikit atap. Akhirnya pilihan untuk ngobrol ngalor ngidul menjadi tema yang dipilih sebagai pemecah keheningan. Haha hihi haha hihi tidak berhenti tatkala pening menekan isi kepala. Tertawa selepas-lepasnya adalah obat keresahan dari masing-masing isi kepala. Satu sama lain kita masih ragu untuk memecahkan kerisauan satu sama lain. "gengsi" yang mengganjal kita untuk bercerita sesuka apa yang kita mau. Kita harus membuat pertanyaan pancingan, agar semua keluh kesah tumpah dalam obrolan.

Saya yakin betul, dibalik sebuah tawa yang terbahak-bahak ada masing-masing keresahan yang kita kunci rapat-rapat dalam sebuah kulit kepala. Perihal hidup, rasanya memang nihil untuk kita tidak mengalami dinamika selayaknya orang hidup. Tawa dan lara, senang dan duka, ceria dan menangis sudah kodrat yang diciptakan Tuhan untuk manusia. 

Coba perhatikan sekelilingmu, berapa banyak manusia yang menunjukkan wajah muramnya. Kenapa masing-masing dari mereka terlihat begitu merengut dan bermuram durja?

Asumsi saya, mereka kurang tertawa, bercerita, bahagia sebab pelik hidup ditelan sendiri. Sebab risau dibawa tidur dan mati. Asumsi saya, mereka kurang mensyukuri perihal yang remeh. Perihal nafas yang masih mengudara, perihal kaki yang masih sanggup melangkah dengan gagah, perihal rasa nasi yang melekat meski lauk sebatas orek tempe dan sayur oyong, perihal menertawakan hidup dan kehidupan.

Ayo bercerita dengan kawanmu. Tumpahkan saja apapun yang perlu kawanmu tahu. Tentang hidupmu yang begitu bangsat. Tentang pasanganmu yang begitu bajingan. Tentang rekan kerjamu yang begitu brengsek, atau tentang pikiran berlebihmu tentang hari-hari yang akan datang. Tumpahkan saja semuanya, agar resah lenyap ditelan ludah sendiri. Agar murung berganti jadi hepi. Agar gaji kecilmu berubah jadi tawa, jadi manfaat untuk temanmu yang pelupa. 

Tapi diam dan bungkam semua ceritamu pada mereka yang bejat seperti istri Abu Lahab, si pembawa kayu bakar. Si pembuat kegaduhan. Si tukang mancing di air keruh. Si hati kotor yang menilaimu dengan nihil kebaikan, yang memandangmu seperti sampah, Mereka hidup sepanjang hayat untuk mengkoreksi orang lain, membuka borok sesama manusia. 

Kau berikah seluruh gajimu untuk mereka juga sudah tidak lagi ada artinya. Sebab jahat sudah melekat sedari bayi. Mungkin mereka jahat karena mereka tidak mengenal lagu Jason Ranti, "nakal boleh, jahat jangan". Ya, nakal boleh tetapi menyakiti hati orang lain itu perihal lain. Satu-satunya perbuatan jahat yang boleh Anda lakukan adalah lakukan kejahatan terhadap dirimu sendiri. Terserah Anda mau siksa diri Anda sendiri hingga mati. Tapi jangan tebarkan kejahatan pada orang lain yang bukan orang jahat.    


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Karena Untuk Berubah, Kita Butuh Melangkah

Touching Old Blog

Quarter Life Crisis