Quarter Life Crisis

Memasuki umur di antara 20-25 tahun ialah sebuah proses pendewasaan diri. Lulus kuliah adalah salah satu momen menentukan sekaligus mengkhawatirkan dalam periode usia ini.

Lulus kuliah salah satunya. Fase ini ditimbulkan oleh masa-masa euphoria yang dimunculkan setelah lulus yang berubah menjadi masa-masa pencarian jati diri lagi. Pasti yang terlintas dalam pikiran kamu adalah: “Asik saya sudah lulus dan sudah wisuda, tapi tunggu dulu, sekarang saya harus ngapain, ya?” Pasti pertanyaan tersebut sempat terlintas, kan? 

Satu realita yang harus bisa diterima di umur satu ini adalah kenyataan bahwa kamu dan rekan-rekan seperjuangan sudah mulai menjalani hidup sendiri. Kalian tidak lagi bisa bertemu sesering dulu sebab kesibukan dan tanggung jawab sebagai orang dewasa mengakuisisi hari-harimu.

Tapi bukan berarti pertemanan berakhir. Hanya saja definisi perkawanan di usia ini mulai naik kelas. Ikatan pertemanan yang mampu bertahan adalah ikatan yang kuat menembus batas. Dihadapkan pada terbatasnya waktu, kesibukan masing-masing yang tak menentu, mereka yang tetap terhubung memang layak mendapat tempat khusus di hatimu.

Lalu?

Transisi dari kuliah ke bekerja membuatmu sadar bahwa hidup sudah berubah. Kamu bukan lagi anak kecil yang selalu punya orang lain untuk diandalkan. Belajar jadi manusia dewasa memang tidak mudah, tapi kamu tidak punya pilihan lain selain terus mencoba. Toh kamu punya waktu hampir sepanjang hidup untuk melakukannya. 

Kamu pun juga akan mengalami proses quarter life crisis di umur kamu yang sudah tidak belia lagi. Kamu akan dituntut oleh keadaan untuk bisa menghadapi hidup yang sesungguhnya. Bukan saatnya lagi bergantung pada orangtua karena kamu lah yang akan menjadi pemeran utama. Entah itu masalah yang datang dari keluarga atau sesuatu yang sering disebut cinta. Kedua hal itu sering kali menjadi sesuatu yang sulit untuk kamu hadapi seorang diri.

Orientasi hidup mulai menentukan arah, kamu yang si idealis, di usia 20 – 25 lebih terbuka terhadap pemikiran realistis. Definisi sukses di usia ini mulai bertransformasi. Gaji tinggi, tunjangan yang memudahkan hidup tidak langsung menambal lubang kosong di hatimu. Kebahagiaan (ternyata) tidak selalu datang dari perhitungan matematis macam itu.

Perlahan kamu akan menyadari. Kesuksesan ternyata datang dari hal-hal yang lebih sederhana. Seperti punya cukup waktu untuk menyeimbangkan kesibukan kerja dan waktu bersama orangtua, membangun keluarga dengan pasangan yang punya visi masa depan serupa, atau sesederhana bisa naik gunung setiap kepenatan melanda.

Pertanyaan soal passion, pekerjaan, kemapanan, serta misteri pendamping di masa depan tidak serta merta selesai setelah ulang tahun yang ke 25 datang. Dulu kamu berharap di usia ini seluruh kegalauan sudah ditemukan seluruh jawabannya. Tapi justru sebaliknya.
Ini baru awal dari perjalanan panjang di etape selanjutnya. Masih banyak yang harus diusahakan selepas sindrom 25, impian tak lunas dengan sendirinya walau umurmu sudah seperempat abad lamanya. Sesungguhnya kam belum tahu apa-apa.

Ketika kamu telah sampai di titik itu, titik di mana hidup seakan lebih rumit dan masalah kian pelik, kamu harus tahu hal apa saja yang harus kamu lakukan. Jangan sampai kamu kehilangan arah dan tujuan sehingga kamu bingung harus berbuat apa.

Usia 25 memang berbeda, Namun di akhir hari, usia ini tidak semagis yang selama ini kamu kira. Masih banyak perjuangan yang harus dilanjutkan setelahnya. Banyak impian yang harus diperjuangkan sekuat yang dibisa. Dan kadang kamu harus menerima realita saja, tanpa banyak bertanya. Sekian.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Karena Untuk Berubah, Kita Butuh Melangkah

Touching Old Blog

Belajar dari Surat Kabar