Kritik untuk Si Anak Webinar

Selalu banyak cara untuk belajar. Di tengah kondisi pandemik seperti ini mengadakan diskusi tipis-tipis tatap muka secara langsung rasa-rasanya kurang memungkinkan ya. Mengingat kondisi dan resiko terpapar virus corona bisa menjangkiti siapapun yang sedang bertatap muka. Apalagi ada beberapa diantara kita yang terjangkit virus corona tetapi dengan kondisi tanpa gejala. Ya itu tuh orang-orang yang nggak pilek, nggak batuk, tapi napasnya ada aura-aura wisma atlit Kemayoran. Hmm jangan lupa pake masker, kawan.

Ketika pertemuan dibatasi, webinar menjadi salah satu alternatif cara pembelajaran yang kini marak digaungkan. Mulai dari isu hangat perpolitikan, sampai isu tidak populis seperti pendidikan dan filsafat juga acapkali diperbincangkan melalui webinar. 

Semua-semuanya serba webinar. Bahas arah politik Jokowi-Prabowo melalui webinar. Bahas dampak buruk pembelajaran dari rumah melalui webinar. Bahas faktor penyebab bayi mencret-mencret juga diwebinarkan.

Saya baru mengenal istilah webinar ketika pembatasan aktivitas di ruang belajar seperti sekolah, kampus mulai diberlakukan dan pembelajaran jarak jauh ataupun pembelajaran dari rumah mulai dilaksanakan.  

Karena saya banyak waktu luang (read: nganggur). Saya iseng coba mencari makna kata webinar di situs kbbi.web.id. Eh tapi kok yang muncul malah permintaan maaf. 

"Maaf, tidak ditemukan kata yang dicari", kata admin kbbi.web.id. Oh, ternyata istilah webinar belum jadi istilah yang dibakukan secara resmi. Mungkin admin kbbi.web.id juga kayak saya, gak kenal-kenal amat sama yang namanya webinar.

Lah tapi semakin asing istilah webinar, justru semakin sering kegiatan diskusi maupun pembelajaran diselenggarakan melalui webinar. Istilah webinar jadi semakin lekat di telinga saya. 

Apa-apa serba webinar. Orang-orang sedang diskusi, rujukannya dari webinar. "Ini loh kata si pakar ini dari webinar yang kemarin aku ikutin", kata si rajin ikut webinar. 

Ada juga yang bersibuk untuk mengajak yang lainnya untuk ikut webinar. "Bro ini bro ada webinar cara mendekatkan jodoh lewat sholat Tahajud, ikut yuk". kata si rajin webinar.

"Hmm enggak deh aku fokus main tinder sama omegle aja biar dapet jodoh internasyenel kaya Fiki Naki", kata si males ikut webinar.

 Lalu ada juga oknum-oknum yang menjadikan webinar sebagai ajang pamer. Ikut webinar dikit, pamer di status WA. Lagi dispotlight host zoom webinar karena ngantuk, discreenshot kirim ke status WA. Lagi dimute co-host zoom webinar karena kebanyakan cangkem, discreenshot kirim ke status WA. Pokoknya apapun tentang webinar selalu diposting di status WA. Oknum model gini kayaknya ingin terlihat lebih produktif dari aku yang cuma ngurusin tanaman pokcoy media hidroponik~

Dari sekian banyak kegiatan, saya coba ambil kesimpulan. Kayaknya sih istilah webinar merujuk pada sebuah kegiatan diskusi ataupun seminar tapi diselenggarakannya secara daring. Medianya bermacam-macam, bisa menggunakan platoform terkenal seperti youtube atau platform yang sedang naik daun seperti zoom meeting atau google classroom. 

Entah karena saya yang gagap teknologi atau bagaimana, saya juga baru tahu aplikasi zoom meeting dan google classroom ketika marak webinar-webinar itu lho. Zoom meeting dan google classroom jadi aplikasi penunjang webinar-webinaran yang banyak diselenggarakan oleh bermacam-macam lembaga. Orang-orang yang bergelut di VCS twitter mana ngerti zoom meeting. Bisa keringetan dia kalo disuguhin aplikasi kekinian model gitu.

Mula-mula, saya juga mengikut arus. Saya coba mengikuti berbagai kegiatan webinar dengan tema yang beragam. Tetapi memang lebih sering ikut webinar bertema pendidikan yang kebetulan memang saya geluti, yakni pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. 

Mengisi kelowongan waktu di rumah jadi alasan yang paling masuk akal bagi saya untuk ikut-ikut kaya gituan. Meskipun acapkali tema atauapun informasi yang disajikan sedikit banyak sudah pernah didapat melalui pendidikan formal ala kampus atau pendidikan tidak formal ala diskusi komunitas. Yha lumayan lah dapet sertifikat. Bisa dipamer di status WA juga kaya orang-orang.

Perihal sertifikat juga jadi magnet tersendiri bagi sebagian besar diantara kita untuk mengikuti satu hingga ratusan webinar yang diselenggarakan oleh lembaga manapun secara acak. 

Salah seorang kerabat bercerita bahwa saking seringnya ikut webinar, dia punya koleksi ratusan sertifikat sebagai tanda pernah mengikuti kegiatan webinar. Wagelaseeeh webinar terus gak kawin-kawin. Hmm.

Tapi dipikir-pikir hebat juga ya kawan saya yang satu itu. Produktif sekali.

Tapi pikiran julid saya berkata lain. "Alah.. sertifikat itu kan cuma tanda pernah ikut webinar, bukan tanda kalo dia belajar dan berpikir. barangkali waktu webinar dia cuma tidur, bangun-bangun pas bagian presensi untuk dapat sertifikat aja", kata bagian lain dari diri saya yang hobi julid.

Jadi, saya mikir lagi. Webinar itu peruntukkannya untuk belajar, atau untuk pamer di status WA, atau cuma untuk koleksi sertifikat ya.

Bogor, 18 April 2021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Karena Untuk Berubah, Kita Butuh Melangkah

Touching Old Blog

Quarter Life Crisis