Kalah ketika Kuliah

Muhamammad Ibrahim atau biasa dikenal di antara kami dengan panggilan Baim adalah salah seorang rekan kami di rumah. Belum lama ini ia memilih untuk tidak meneruskan kuliahnya ketika sudah berjalan sejauh empat semester. Bukan bidang yang menjadi ketertarikannya dalihnya. 

Kini di antara kami sibuk menghardik Aim. Dengan becandaan ala anak tongkrongan, beberapa di antara kami menjuluki Aim sebagai cikal bakal pengangguran abadi. Beberapa lainnya bahkan terang-terangan menyebut Aim tidak tahu diuntung.

Dengan kondisi orang tuanya yang berkecukupan, rasa-rasanya alasan berhenti kuliah karena terhalang biaya tidak jadi relevan. Tidak seperti teman-teman lainnya yang rasa-rasanya kuliah bukan lagi sebuah mimpi, kuliah hanya sebatas angan-angan karena kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan.

Saya cukup akrab dengan Aim. Bahkan beberapa kali terlibat pekerjaan lepas bersama. Kedekatan tersebut saya manfaatkan barangkali sekadar menjadi teman cerita. 

Pada suatu malam, di sebuah kedai saya bertemu dengan Baim. Sesudah panjang lebar membicarakan isu terkini. Tibalah pada sebuah pertanyaan kunci "lo sibuk apa sekarang Im?" 

Dengan terang-terangan dia menceritakan bahwa baru saja drop out dari kuliahnya. Alasannya karena dia tidak tertarik dengan materi yang diampu di perkuliahan. Dampak dari ketidaksukaannya, ia ogah-ogahan datang ke kampus. Bahkan sudah tiga bulan terakhir ia tidak lagi ke kampus untuk sekadar bertemu teman sekelasnya.

Saya sama sekali tidak terkejut mendengar ceritanya. Di sekitar saya, banyak sekali ditemukan kasus bahwa seseorang berkuliah karena ambisi orang tuanya. Mungkin niatnya baik. Tapi alangkah lebih baik memperhatikan ketertarikan anak. 

Sedari kecil, kita bisa amati kelebihan kekurangan anak kita. Kita bisa amati kemana arah potensi bakatnya. Artinya sekolah tidak hanya sebatas penggugur kewajiban, tapi juga menjadi suatu wadah untuk bertukar informasi, bertukar pengalaman, membekali keterampilan, memperbaiki akhlak.

Hingga pada waktunya, kita bisa memberikan gambaran kemana mereka melangkah selepas sekolah. Kuliah bukan untuk gaya-gayaan. Kuliah juga bukan tempat pelarian ketika kebingungan melanda. Karena kuliah adalah salah satu ikhtiar sebagai penentu kemana jati dirimu berjalan setelahnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Karena Untuk Berubah, Kita Butuh Melangkah

Touching Old Blog

Quarter Life Crisis