Menjaga Sholat dan Jangan Marah
Selepas sholat Maghrib berjamaah, saya dan satu orang teman menyempatkan diri untuk mengobrol dengan salah satu imam rawatib di masjid terdekat dari rumah saya. Perkiraan saya, usia beluai belum menginjak kepala empat, atau mungkin berada di kisaran usia empat puluh awal. Tapi soal hapalan bacaan dan makhrorijul huruf, jangan coba-coba tandingkan. Dari tujuh imam rawatib di masjid dekat rumah saya, saya rasa beliau adalah yang paling baik perihal makhrorijul huruf. Ketika belum habis berbasa basi, teman saya bertanya, "ustadz, kira-kira hal penting apa yang perlu dikuasain (read: dipahami) laki-laki sebelum dia menikah?" "Jaga sholat dan jangan marah", jawab beliau singkat. Seketika saya tertarik dengan jawaban yang kedua. Ya, jangan marah. Saya coba merefleksi betapa sulitnya menjaga amarah. Coba bayangkan, betapa banyak hal-hal yang tidak kita sukai dan kita serta merta ngambek Contoh sederhana ketika kita mengendarai kendaraan, lalu tiba-tiba ada pengendara la...