Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2014

Sajak Cinta untuk Daun dan Kupu-kupu

Di bawah rindang mahoni, Kakek memandang kupu-kupu seperti waktu yang lenyap dalam ingatan. Dahulu, adabanyak perompak menenggelamkan perahu, tapi ia berangkat sendirimenuju pulau gadis bergigi manis. Membuka ladang, menanam kembang di pekarangan. Ia panggil kupu-kupu bersayap biru, menggiring rindu di senja basaha. Lelaki melukis langit, menurunkan gerimis pada manis matahari.  Ratusan kupu-kupu biru, terbang menuju langit. Dikalungkannya warna pelangi, bagi selendang gadisnya yang senantiasa sembunyi di rimbun melati. Di tanah basah menanam akar, meminang gadis bergigi manis, dan mencinta daun yang menumbuhkan kupu-kupu. Dikalungkannya warna, untuk harum di tanah negeri. "Gadisku bergigi manis, kulitmu tanah, mataku sipit, perahu telah kubakar di dermaga, menjadi abu yang dikirimkan ombak kembali menuju negeri asalku, di tanah Tiongkok." Ada hujan yang turun dari matamu, dari mataku. Ada matahari di bahu kirimu, bulan bintang di rambut berseri. Maka kut